بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Seorang murid itu harus sedapat mungkin melaksanakan apa yang diajarkan oleh guru. Karena dengan melaksanakan itu akan membuka mata hatinya untuk ilmu yang lebih mendalam.
Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi s.a.w.: “Barangsiapa mengamalkan apa yang dia sudah ketahui maka Allah s.w.t. akan menyebabkannya mewarisi apa yang dia belum ketahui.”.
Dengan syarat dia harus laksanakan dengan seikhlas mungkin. Sesungguh mungkin, dan penuh ketaqwaan. Allah juga menjanji di dalam al-Qur’an:
وَاتَّقُوا اللهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللهُ
“Dan bertaqwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu.” (Al-Baqarah [2]: 282).
Jadi disini kuncinya adalah melaksanakan apa yang diinstruksikan oleh guru. Melaksanakan apa saja amalan yang sudah diberikan oleh guru. Disitulah kunci ilmu yang bisa kita dapat langsung dari Allah s.w.t.
Amal itu seperti mengeluarkan cahaya ilmu. Dan itu akan masuk atau merambat ke dalam hati. Dan muncullah ilmu yang tidak tertulis. Ilmu yang langsung dari Allah. Ilmu yang bisa menambahkan kerinduan kita kepada Allah. Menambahkan cinta kita kepada Allah. Menambahkan segala yang baik. Segala yang akan bisa mendekatkan kita kepada Allah. Ilmu inilah yang disebut ilmu yang bermanfaat. Selebihnya itu hanya hitam putih saja. Tidak ada cahayanya. Jadi cahaya ini terletak pada melaksanakan apa yang sudah diinstruksikan oleh guru. Itu yang paling penting.
Bismillah.
Mursyid Pemberi Taushiyah
Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi
Syaikh Husain asy-Syadzili lahir di Parit Buntar, Perak Malaysia pada 23 Mei 1960. Beliau memeluk agama Islam pada usia 17 tahun setelah melalui berbagai pertanyaan-pertanyaan teologis yang menggelisahkan jiwanya. Sebelum memeluk agama Islam, beliau pernah mempelajari berbagai kitab agama yang … → Baca selengkapnya “Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi”