بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Ada sebuah cerita yang pernah saya dengar sewaktu saya di Mahad Islamiyah pergi ke Petani Jaya di Malaysia. Ada sekelompok pemuda dari Kamboja datang ke sana karena mereka mengungsi dari Kamboja, sekitar delapan orang dan salah seorang di antara mereka menceritakan seorang kaya yang mempunyai seorang anak tunggal. Ketika dia sekarat, dia mewasiatkan kepada anaknya tiga perkara, setelah saya meninggal nikmatilah hidup dengan nikmati makan, tidur dan nikmatilah kerja.
Setelah bapaknya meninggal dia mulai mencari koki yang paling handal untuk memasak untuk dia dan tiap bulan dia menggantinya supaya bisa menikmati yang lebih enak dan begitulah dengan tidurnya dia mencari kasur yang paling empuk, yang paling mahal supaya dia bisa tidur di atasnya dan berkaitan dengan kerja, dia tidak kerja sama sekali. Itulah pemahaman dia dari wasiat bapaknya.
Tapi masalahnya karena dia tidak kerja, dia tidak menghasilkan apapun kecuali berkurang dengan cepat harta warisannya dalam waktu sekitar satu tahun sudah bangkrut. Dan rumahnya disita oleh pemerintah dan dia dihalau. Ketika dihalau dia tidak boleh membawa apa-apa kecuali pakaian yang ada pada dirinya.
Sambil berjalan merenungkan nasibnya, dia bertemu dengan seorang kakek yang sedang membajak dan mencangkul tanah. Jadi dia meminta pada kakek itu boleh tidak saya meminta sedikit makanan karena lapar. Kakek itu langsung mengatakan: “Kalau saya pergi menjemput makanan pekerjaan saya terbengkalai. Mau tidak menggantikan saya?” akhirnya karena lapar, dia setuju. Kakek itu mengajarkan dengan benar mencangkul tanah.
Kakek itu pergi berjalan dengan sangat pelan, lama sekali. Jadi dia terpaksa terus karena lapar menginginkan makanan mau tidak mau dia harus bekerja keras dan akhirnya kakek itu datang membawa semangkuk nasi putih dan di dalamnya karena orang kampung nasi itu banyak kerikil. Setelah sampai dia langsung memakan nasi itu dan terpaksa sesuap demi sesuap dia harus membersihkan kerikilnya dan terlihat nikmat sekali memakannya.
Pas setelah makan, dia tertidur di bawah sebuah pohon karena sudah lama bekerja dan tidak pernah bekerja mencangkul tanah dan sangat melelahkan. Tidur dengan nyenyak sekali. Setelah beberapa waktu dia terbangun. Ternyata kakek itu sudah duduk di sampingnya. Kakek itu bertanya: “Bagaimana dengan tidur kamu?” Dia menjawab: “Saya tidak pernah menikmati tidur yang begitu nyenyak, ini kali pertama”. Kakek itu bertanya: “Bagaimana dengan nasi?” Dia bilang: “Ini nasi yang paling enak. Tidak pernah saya merasakan begitu enaknya.” Dan pas setelah itu, kakek itu mengatakan: “Inilah yang dimaksudkan oleh ayah kamu”. Nikmati kerja, nikmati makan, nikmati tidur. Inilah arti yang sebenarnya. Kalau benar-benar lapar pasti enak. Benar-benar capek, tidur pasti nyenyak. Tapi syaratnya harus kerja keras. Jadi kalau kerja keras, begitulah akan terjadi dan inilah yang dimaksudkan oleh bapak kamu.
Orang yang menceritakan ini mengatakan bahwa kakek ini seorang Wali Allah karena dia tahu, tidak perlu diceritakan. Dia tahu karena melihat kondisi anak itu, Allah sudah memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.
Bismillah.
Mursyid Pemberi Taushiyah
Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi
Syaikh Husain asy-Syadzili lahir di Parit Buntar, Perak Malaysia pada 23 Mei 1960. Beliau memeluk agama Islam pada usia 17 tahun setelah melalui berbagai pertanyaan-pertanyaan teologis yang menggelisahkan jiwanya. Sebelum memeluk agama Islam, beliau pernah mempelajari berbagai kitab agama yang … → Baca selengkapnya “Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi”