بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Jangan membandingkan diri kita dengan orang lain. Terlebih lagi dalam perjalanan rohani. Jangan mengklaim. Rumi dalam Matsnawi menceritakan tentang seekor burung beo yang botak.
Cerita berawal dari seorang penjual wewangian yang mempunyai seekor burung beo yang bisa berbicara. Setiap hari burung beo ini berbicara memanggil pelanggan dan menggalakkan mereka untuk membeli wangi-wangian. Karena itu, pemilik toko sangat senang dengan burung beo tersebut. Pemilik toko selalu memberi apa yang burung beo itu suka.
Suatu hari, pemilik toko ada urusan. Jadi, dia titipkan tokonya pada burung beo ini. Setelah pemilik toko pergi, datang seekor kucing. Kucing ini mau memangsa burung beo. Beo ini ketakutan dan beterbangan. Dia banyak menumpahkan minyak wangi. Bulunya juga penuh dengan minyak wangi. Ketika pemilik toko kembali, dia melihat banyak minyak wangi tertumpah. Marah dia. Langsung dia memukul burung beo di atas kepalanya. Sehingga bulu di atas kepala burung beo copot semua. Burung beo jadi botak kepalanya.
Semenjak itu, beo begitu sedih. Dia tidak mau bicara lagi. Pemilik toko membujuk dengan segala cara supaya beo mau bicara lagi. Tapi, burung beo tetap tidak mau bicara.
Suatu hari, ada seorang darwisy atau sufi pengelana yang botak datang. Burung ini merasa senang sekali. Dan beo bertanya kepada darwisy itu ketika sang darwisy sampai di toko itu. Dengan bersemangat sekali beo bertanya kepada sang darwisy: “Apakah anda juga menumpahkan wewangian?”
Rumi menceritakan hal itu untuk menyindir para sufi yang suka mengklaim. Suka membandingkan dirinya dengan sufi yang benar. Padahal jauh beda. Karena botaknya burung beo tidak sama dengan botaknya sufi pengelana itu. Ambillah pelajaran. Jangan membandingkan diri kita dengan yang lain. Jangan pakai jubah saja, pakai sorban saja, pakai tasbih besar sudah menganggap dirinya sama dengan sufi. Tidak sama.
Bismillah.
Mursyid Pemberi Taushiyah
Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi
Syaikh Husain asy-Syadzili lahir di Parit Buntar, Perak Malaysia pada 23 Mei 1960. Beliau memeluk agama Islam pada usia 17 tahun setelah melalui berbagai pertanyaan-pertanyaan teologis yang menggelisahkan jiwanya. Sebelum memeluk agama Islam, beliau pernah mempelajari berbagai kitab agama yang … → Baca selengkapnya “Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi”