بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Tidak ada gunanya pengalaman ruhani kalau kita tidak menjaga syariat, menjaga hak-hak diri kita dan hak-hak orang lain. Itu sangat penting.
Hafizh Shirazi adalah seorang penyair dan ahli sufi asal Persia. Nama beliau adalah Syamsuddin Muhammad. Dilahirkan pada tahun 1310 dan wafat pada tahun 1390. Terkenal dengan nama Hafizh karena beliau hafal al-Quran dan Shirazi merujuk daerah kelahiran beliau di Shiraz Iran.
Suatu saat salah seorang murid Hafizh Shirazi datang pada beliau dan menceritakan mimpi-mimpinya. Murid itu melihat kejadian-kejadian luar biasa di alam-alam lain. Sang Guru Syaikh Shirazi hanya diam saja. Murid ini bersemangat sekali, karena sudah mengalami semua pengalaman ruhani itu. Selang beberapa waktu, murid ini mulai bingung. Wajahnya berubah. Pada awalnya bersemangat sekali, senang sekali. Syaikh Shirazi bertanya: “Kamu punya istri tidak? Kamu punya anak tidak? Kamu punya ternakan tidak? Punya tetangga tidak?” Ditanya semua. Murid ini semakin bingung. Saya bicara pengalaman yang begitu luar biasa. Guru malah bertanya tentang yang biasa-biasa. Akhirnya, melihat begitu bingungnya murid ini, Syaikh Shirazi mulai mengatakan: “Pengalaman itu tidak ada gunanya, jika kamu tidak memperlakukan istrimu dengan baik. Tidak menjalankan tugas sebagai seorang suami dengan baik. Kalau kamu punya anak dan tidak memperlakukan anak dengan baik. Kalau kamu punya tetangga dan tidak memperlakukan tetangga dengan baik. Kalau kamu memiliki apa saja, misalnya ternak dan seterusnya kalau tidak memperlakukan ternak itu dengan baik. Tidak ada gunanya pengalaman itu.”
Sayyidina Ali k.w. pernah berkata pengalaman-pengalaman ghaib itu adalah: “Katsīruhu lā yūjad”. Banyaknya tidak wujud di alam ini. Karena itu di alam-alam lain. “Wa qalīluhu lā yanfa’” dan sedikitnya tidak ada manfaat. Maksudnya, kalau tidak mengubah akhlak kita, kalau tidak mengubah adab kita menjadi lebih baik. Apa gunanya? Tidak ada gunanya. Karena itu hanya dalam khayalan saja. Setiap pengalaman ruhani itu harus terwujud di alam ini. Karena kita hidup di alam ini. Dan alam ini yang menentukan alam berikutnya. Kalau kita tidak memperlakukan makhluk dengan baik, maka itu akan mencegah kita untuk menggapai alam berikutnya. Maksudnya, menggapai surga dan keridaan Allah. Allah akan murka kalau kita tidak memperlakukan makhluk dengan baik. Inilah Islam dan inilah sufi. Seorang sufi selalu memperlakukan semua ciptaan dengan baik. Karena dia tahu segala ciptaan milik Allah. Kalau dia memperlakukan dengan baik, berarti dia menyadari bahwa dia memperlakukan Allah dengan baik. Karena semuanya milik Allah. Dia mencintai yang lain itu karena itu milik Allah. Cintanya terhadap Allah ada buktinya. Buktinya itu bahwa dia mencintai segala yang dicintai Allah.
Istri itu titipan dari Allah. Anak itu titipan dari Allah. Semua yang dimiliki itu adalah titipan dari Allah. Kalau benar-benar mencintai Allah maka dia memperlakukan semua itu dengan baik. Itu tanda semakin meningkatnya iman seseorang. Semakin meningkatnya kedekatan dengan Allah maka dia akan semakin menjaga untuk berbuat baik kepada semua itu. Itulah sebabnya muncul cerita yang sangat terkenal yaitu Laila dan Majnun. Majnun mencintai semua apa yang dimiliki Laila, termasuk anjingnya. Karena dia tau anjing itu milik Laila. Jadi, dia tidak akan memperlakukan anjing dengan cara yang tidak baik. Inilah orang yang sungguh-sungguh memahami keberadaan Allah. Sungguh-sungguh sudah mencintai Allah. Karena orang yang cinta kepada Allah akan mencintai segala yang dimiliki Allah. Segala apa saja yang dimiliki Allah dia akan mencintainya. Berarti dia akan membenci segala apa yang dibenci Allah. Dia tidak akan melakukan apa pun yang menyebabkan Allah marah dan murka.
Bismillah.
Mursyid Pemberi Taushiyah
Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi
Syaikh Husain asy-Syadzili lahir di Parit Buntar, Perak Malaysia pada 23 Mei 1960. Beliau memeluk agama Islam pada usia 17 tahun setelah melalui berbagai pertanyaan-pertanyaan teologis yang menggelisahkan jiwanya. Sebelum memeluk agama Islam, beliau pernah mempelajari berbagai kitab agama yang … → Baca selengkapnya “Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi”