بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Hari ini saya mau bicara sedikit tentang tentang ilmu. Nabi s.a.w. pernah bersabda: (العلم نور) “Ilmu itu adalah cahaya”. Cahaya itu hanya akan masuk ke dalam hati yang suci, bersih. Pernah Imam Syafi’i mengadu kepada gurunya Imam Waqi’ tentang susah menghapal. Gurunya hanya menjawab, tinggalkanlah maksiat. Imam Waqi’ mengatakan bahwa ilmu itu adalah sebuah karunia dari Allah, fadhl (keberlimpahan) yang diberikan kepada seseorang. Allah tidak akan memberikan keberlimpahan itu kepada hati yang penuh maksiat.
Ilmu itu adalah cahaya dan cahaya itu tidak akan masuk ke hati yang gelap. Sebelum kita menuntut ilmu harus berusaha untuk menjauhi semua maksiat. Salah satu yang menyebabkan hati tidak bisa menerima cahaya itu adalah memakan makanan yang haram. Hal itu akan menggelapkan hati. Akan menghilangkan semua cahaya amal karena setiap amal itu ada cahaya dan cahaya tidak akan menetap di hati kalau di dalam diri kita masih ada makanan yang haram.
Nabi pernah bersabda, satu suap makanan yang haram akan mencegah 40 hari ibadah kita. Tidak akan diterima Allah ibadah kita selama 40 hari. Kalau menginginkan ilmu harus menjaga diri kita dari semua yang haram. Semua makanan yang haram dan perbuatan yang haram harus dijauhi supaya ilmu masuk ke dalam hati. Kalau tidak dijaga, ilmu tidak akan masuk ke dalam hati. Tidak akan menetap di dalam hati. Mungkin bisa di otak saja. Tapi tidak akan masuk ke hati. Ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang sudah tercetak di hati. Bukan di otak.
Banyak orang baca Qur’an, tidak akan mendapat manfaat apapun karena dalam dirinya masih ada kegelapan. Qur’an itu cahaya dan cahaya itu tidak masuk kedalam hati yang masih gelap. Kita harus berusaha sedapat mungkin menjauhi semua yang haram. Menjauhi semua yang berbentuk maksiat kepada Allah. Agar ilmu bisa menetap dalam hati.
Salah satu yang sangat merusak itu adalah berkecimpung dalam urusan dunia. Karena sibuk dengan urusan dunia maka hal itu yang masuk ke hati. Hal itu akan meyebabkan ilmu tersingkir. Karena itu urusan dunia harus dikurangkan. Hal itu juga kegelapan. Segala kesibukan duniawi itu menyebabkan hati menjadi gelap dan segala kesibukan ukhrawi, yaitu yang berkaitan dengan akhirat akan menerangkan hati. Kalau hati menjadi terang, ilmu akan menetap. Usahakanlah untuk membersihkan diri dari segala maksiat. Dari segala dosa agar hati menjadi bercahaya dan ketika hati bercahaya maka ilmu akan menetap di dalam hati.
Bismillah.
Mursyid Pemberi Taushiyah
Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi
Syaikh Husain asy-Syadzili lahir di Parit Buntar, Perak Malaysia pada 23 Mei 1960. Beliau memeluk agama Islam pada usia 17 tahun setelah melalui berbagai pertanyaan-pertanyaan teologis yang menggelisahkan jiwanya. Sebelum memeluk agama Islam, beliau pernah mempelajari berbagai kitab agama yang … → Baca selengkapnya “Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi”