بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Qurban asal usulnya itu adalah berkaitan dengan mimpinya Nabi Ibrāhīm a.s. yang di dalam mimpi diperintahkan untuk menyembelih, mengorbankan anaknya. Dalam ajaran ruhani itu pengorbanan di sini maksudnya karena Nabi Ibrāhīm a.s. terlalu mencintai anaknya. Jadi Allah s.w.t. perintahkan supaya dia mengorbankan anaknya yang sangat dicintainya yaitu Nabi Ismā’īl a.s. ketika sudah cukup umur. Karena Allah s.w.t. ingin memastikan kemurnian cintanya pada Allah s.w.t.
Ketika beliau mendapat mimpi itu, beliau mengutarakannya kepada anaknya. Karena anak itu sangat patuh kepada bapaknya. Anaknya itu hanya mengatakan “Wahai ayahandaku, laksanakanlah apa yang engkau diperintahkan”. Tiba waktunya untuk disembelih, Jibrā’īl a.s. membawa kambing besar dari surga. Jadi di sini ada asal usul kambing itu yaitu kambing qurbannya Hābīl yaitu anak Nabi Ādam a.s. Ketika mereka berhadapan dengan masalah, Allah s.w.t. mengilhamkan kepada Nabi Ādam untuk melaksanakan qurban. Qurbannya Hābīl diterima oleh Allah s.w.t., karena beliau memilih yang paling baik, paling gemuk, paling besar dan sementara Qābīl memilih yang kecil dan kurus. Karena kurang ikhlas tidak diterima oleh Allah s.w.t. Yang diterima Allah itu Allah turunkan cahaya dan seperti menyinarkan, menghilangkan kambing itu dan dinaikkan ke surga yaitu salah satu binatang yang tinggal di surga.
Dalam sejarah ada beberapa binatang yang tinggal di surga termasuk ontanya Nabi Shāliḥ dan beberapa binatang yang lain yang tinggal di Surga. Ketika Nabi Ibrahim a.s. siap menyembelih anaknya, malaikat Jibrā’īl a.s. membawa kambing yang sama yaitu kambing yang diqurbankan oleh Hābīl dari surga dan menggantikannya. Itu menurut sebahagian guru kami menceritakan seperti itu. Jadi kambing yang menjadi pengganti Nabi Ismā’īl a.s. itu adalah kambingnya Hābīl. Itu luar biasa sekali dan selain itu qurban juga menunjukkan ketaqwaan karena Allah s.w.t. menetapkan bukan darah dan daging qurban yang diterima oleh Allah s.w.t. tetapi ketaqwaan. Jadi laksanakanlah dengan penuh ketaqwaan. Sebahagian guru kami mengatakan bahwa salah satu hikmah dari qurban ini adalah kita harus menyembelih atau mengorbankan hawa nafsu kebinatangan. Hawa nafsu yang rendah, dia harus diqurbankan. Karena hawa nafsu ini yang menyebkan kita jauh dari Allah. Jadi kalau ingin dekat kepada Allah s.w.t. harus berqurban dan harus mengurbankan nafsu kebinatangan kita karena qurban itu juga berarti Qurbah (dekat). Jadi kalau ingin dekat kepada Allah s.w.t., jangan mencintai sesuatu lebih dari pada Allah s.w.t., dan jangan mengikuti hawa nafsu kita. Dua-duanya harus diqurbankan untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah s.w.t.
Bismillah.
Mursyid Pemberi Taushiyah
Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi
Syaikh Husain asy-Syadzili lahir di Parit Buntar, Perak Malaysia pada 23 Mei 1960. Beliau memeluk agama Islam pada usia 17 tahun setelah melalui berbagai pertanyaan-pertanyaan teologis yang menggelisahkan jiwanya. Sebelum memeluk agama Islam, beliau pernah mempelajari berbagai kitab agama yang … → Baca selengkapnya “Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi”