بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Akhir-akhir ini banyak yang mengklaim bahwa mereka mencintai Allah dan Allah mencintai mereka. Klaim itu harus ada buktinya. Dan bukti itu adalah tanda-tanda. Ini berdasarkan ucapan Sayyidina Ali: “Ketika Allah mencintai seorang hamba.” Idzā aḥabballāhu ‘abdan (إذا أحب الله عبدا):
Alhamahu ash-Shidqah (ألهمه الصدق)
Yaitu Allah mengilhamkan kejujuran. Ilham itu maksud di sini adalah ketika Allah memberikan ide langsung ke hati. Sesuai dengan ayat al-Qur’an yaitu setelah Allah menciptakan nafsu manusia dan Allah sempurnakan dan Allah mengilhamkan. (فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا) (Asy-Syams [91]: 8). Ilham ini berkaitan dengan Malaikat karena Malaikat yang membawakan ide itu masuk langsung ke hati. Jadi yang pertama itu Alhamahu ash-Shidqah yaitu mengilhamkan tentang kejujuran. Jujur dengan Allah, jujur dengan dirinya, jujur dengan lainnya, dan jujur dengan segala sesuatu. Nanti in sya Allah kita bahas dengan detail.
Alhamahu al-‘Ilma (ألهمه العلم)
Begitulah ilmu di sini nanti harus kita bahas dengan detail. Yaitu ilmu tentang dirinya dan ilmu tentang mengenal Allah. Tentang dirinya itu ilmu tentang bagaimana dia menghambakan dirinya kepada Allah. Di situ muncullah semua jenis ilmu yang diperlukan supaya dia bisa menjadi seorang hamba yang benar-benar hamba. Ketika dia benar-benar mengenal dirinya dia akan sekaligus mengenal Allah. Nanti ada detailnya.
Alhamahu Ḥusnul ‘Ibādah (ألهمه حسن العبادة)
Allah akan mengilhamkan kepadanya dia untuk memperbaiki ibadahnya. Selalu ada peningkatan ibadah. Bukan asal saja melaksanakan ibadah tetapi selalu ia akan meningkatkan. Seperti kalau sholat meningkatkan awalnya dengan pemahaman tentang sholatnya, tentang pastikan terlaksana rukun-rukunnya, sunnah-sunnahnya dan semua dia perhatikan itu sehingga sholatnya menjadi mi’rāj. Yaitu bisa naik dan Ketika dia sholat itu dia melakukan perjalanan mi’rāj. Sesuai dengan ucapan Nabi: “Ash-Shalātu mi’rāj-ul-Mu’min”. Kemudian ada ucapan lain yang mengatakan:
Alhamahu Rusydahu (ألهمه رشده)
Yaitu Jalan yang lurus. Dan ada kaitan dengan ketika dia sudah dapat Rusyd dia dapat Mursyid karena ada penunjuk jalan supaya dia bisa melaksanakan semua ibadah dengan benar. Dan Allah akan sesuaikan keinginan dirinya dengan keinginan Allah dalam ketaatan. Semuanya akan dijelaskan dengan detail nanti.
Allah akan membuat dia benci pada harta
Bukan berarti dia tidak akan bekerja, dia tidak akan menghasilkan harta tetapi maksudnya dia tidak akan mengandalkan harta itu. Dan sekaligus Allah akan mengurangkan angan-angannya. Qashshara minhul Āmāl (قصّر منه الآمال). Āmāl itu angan-angan. Ada ucapan mengatakan: “Al-Māl Māddat-usy-Syahawāt” (المال مادّة الشّهوات) harta itu akan memperpanjangkan angan-angan. Semakin banyak harta semakin banyak angan-angan. Jadi kalau ia tidak terpengaruh oleh harta, dia akan kurang angan-angannya. Berarti kalau dia diberikan harta, dia akan memperlakukan harta itu dengan baik, menjaga hak-haknya. Yaitu dia akan membayar zakatnya dan ditambah dengan bersedekah dan seterusnya. Karena sebaik-baik bantuan bagi orang mu’min itu adalah harta.
Allah akan menyebabkan dia cinta kepada amanah (حبّب إليه الأمانة)
Yaitu kalau dia dipercaya untuk melaksanakan sesuatu, dia akan melaksanakan dengan baik. Dari urusan dunia sampai urusan akhirat. Karena urusan akhirat itu ada amanah dari Allah juga. Karena semua yang Allah berikan itu amanah. Qur’an itu amanah, berarti dia akan mempelajarinya dengan baik. Dia akan mengamalkannya dan dia akan menyampaikannya dengan sungguh-sungguh tanpa pamrih.
Allah akan memberi rezki sebuah hati yang salīman (رزقه قلبا سليما)
Qalban salīman yaitu hati yang sehat. Hati yang tidak sakit lagi. Setiap waktu dan setiap keadaan dia akan hanya terhubung dengan Allah. Itu hati yang sehat. Kalau dia jauh dari Allah dan terhubung dengan makhluk, itulah hati yang sakit. Akan muncul masalah-masalah yang berkaitan dengan hati. Karena sudah tidak sehat lagi. Dan juga ditambah dengan akhlaq yang qawīm (خلقا قويما) yaitu akhlaq yang lurus. Orang yang mempunyai akhlaq yang lurus itu semata-mata melakukan sesuatu karena Allah saja. Tidak ada karena makhluk, tidak ada karena niat lain. Semata-mata karena Allah. Itulah yang mempunyai akhlaq yang lurus.
Dan ada bedanya antara akhlaq dengan adab. Akhlak itu adalah kondisi hatinya dengan Allah. Adab itu adalah perbuatannya, ucapannya, segala amalnya yang ada kaitannya dengan makhluk. Itu sebabnya Al-adabu khulalun mujaddadah (الأدب خلل مجددة), adab adalah busana yang diganti sesuai keadaan. Tapi kalau akhlaq selalu sama. Akhlaq itu semata-mata menjalankan perintah Allah, semata-mata karena Allah, semata-mata karena kesadarannya bahwa Allah senantiasa melihat dan mengetahui setiap gerak-geriknya. Hatinya selalu terfokus terhadap Allah. Itu akhlak yang lurus.
Allah akan memperbaguskan dia dengan sakīnah
Yaitu ketenangan. Ia akan menghadapi segala sesuatu dengan tenang. Dan dengan sifat ḥalīm, ḥilm (حلم). Sifat ke-ḥalīm-an ini adalah sifat penuh dengan kesantunan, pemaafan, kelembutan. Semua itu, itu sebabnya tidak ada kata yang khusus kecuali kita menggunakan kata “ke-ḥalīm-an”. Ke-ḥalīm-an itu adalah ketika ia berurusan dengan segala sesuatu dengan penuh cinta kasih sayang dan penuh pengertian, ketika dia beramal dan bertransaksi dengan yang lain. Itulah sifat ḥalīm.
Allah akan menasihatinya dengan ibarat
Bil ‘Ibārah (بالعبارة). Dengan ibarat-ibarat yaitu sebuah metafora yang Allah berikan sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an dengan banyak ayat-ayat dengan metafora, dengan ibarat. Jadi tidak perlu langsung lagi. Hanya berikan ibarat. Kemudian naik ke satu tahap lagi dengan isyarat (إشَارَة). Tentang orang mu’min Nabi bersabda: “Al-Mu’min yakfīh-il-Isyārah” (المؤمن يكفيه الإشارة), orang mu’min itu cukup dengan isyarat. Jadi ibarat ini sebelum isyarat dan terkadang ibarat itu adalah isyarat.
Bismillah.
Mursyid Pemberi Taushiyah
Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi
Syaikh Husain asy-Syadzili lahir di Parit Buntar, Perak Malaysia pada 23 Mei 1960. Beliau memeluk agama Islam pada usia 17 tahun setelah melalui berbagai pertanyaan-pertanyaan teologis yang menggelisahkan jiwanya. Sebelum memeluk agama Islam, beliau pernah mempelajari berbagai kitab agama yang … → Baca selengkapnya “Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi”
Saya sangat senang sekali dg “kolom jaringan para wali” ini sebagai motivasi dalam memperbaiki diri yg penuh dg dosa, khususnya saya sendiri… Semoga Allah berkenan dg ampunannya yg luas tiada batas
Mashallah sangat jelas dan mendalam pembahasannya..
– Salam buat Ustadz Muslim yang melanjutkan Jejak Syaikh dari Marsal Wirdana-
Alhamdulillah. Wa ‘alaikum salam wr. wb. Terima kasih sobat. ????